Namun baru-baru ini, sebagaimana diberitakan BBC, Senin (3/8) pagi, berdasarkan laporan jurnal Nature Medicine, para peneliti menemukan bahwa sebuah infeksi HIV yang dialami seorang wanita asal Kamerun, diduga kuat memiliki kesamaan dengan jenis virus yang juga menginfeksi sejumlah gorila. Untuk diketahui, HIV sendiri dinyatakan awalnya berasal dari virus serupa pada simpanse, yang disebut Simian Immunodeficiency Virus (SIV).
Dalam sejarahnya, HIV/AIDS pertama kali dikenali oleh para ilmuwan pada era 1980-an. Meski begitu, diperkirakan virus tersebut telah menjangkiti manusia sejak awal abad ke-20, terutama di salah satu kawasan di Kongo, Afrika. Virus ini diduga ‘melompat’ ke kalangan manusia saat terjadi kontak dengan hewan yang terinfeksi. Selain pada sejumlah simpanse, virus SIV sendiri juga ditemukan pada beberapa primata lainnya, termasuk gorila.
Laporan terbaru ini muncul berdasarkan analisa sejumlah dokter Prancis, yang merawat seorang wanita Kamerun berusia 62 tahun yang sempat tinggal di Paris. Saat perawatan, para dokter menemukan beberapa ‘keganjilan’ dalam hasil uji viral yang dilakukan. Analisa lebih jauh kemudian menunjukkan bahwa virus yang diderita sang wanita lebih mendekati karakter jenis SIV pada gorila ketimbang HIV (yang selama ini dikenal) pada manusia.
Sejauh ini, wanita tersebut disebut sebagai satu-satunya yang terinfeksi virus jenis ini. Namun demikian, para peneliti memperkirakan akan ada laporan kasus lainnya yang serupa. Pasalnya, sebelum pindah ke Paris, wanita yang sebelumnya tinggal di daerah semi-urban di Kamerun itu, mengaku tak pernah mengalami kontak atau bertemu dengan gorila maupun primata lainnya. Ia yakin virus tersebut didapatinya dari seseorang lain yang juga telah terinfeksi.
Analisa juga memastikan bahwa virus (baru) ini dapat memperbanyak diri di dalam sel-sel tubuh manusia. Salah seorang peneliti kasus ini, Dr David Robertson dari University of Manchester, menyatakan bahwa ini merupakan perpindahan definitif HIV pertama kepada manusia dari sumber yang bukan simpanse. Ia pun menggarisbawahi pentingnya monitoring terhadap kemunculan jenis virus baru tersebut.
“Ini menunjukkan bahwa evolusi (virus) HIV masih terus berlangsung. Virus ini dapat berpindah dari satu spesies ke spesies lain, dari jenis primata yang satu ke yang lainnya; dan patogen-nya sudah ada bersama kita selama jutaan tahun, serta (tampaknya) berganti spesies pembawanya secara rutin,” tutur Robertson pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar